Selasa, 18 Juni 2013

Diary Ungu Milik Ify (Repost)


Dear Diary,
Mario Stevano Aditya Haling
Itulah nama cowok yang aku suka. Nama panggilannya Rio. Dia adalah kakak kelasku. Anaknya manis, ramah, pintar, dan jago basket. Kak Rio seperti magnet. Senyumnya bisa membuat semua cewek terpesona bila melihatnya. Nggak heran kalo banyak cewek yang mengaguminya.
Seperti aku, aku menyukainya sejak hari pertama MOS. Kak Rio-lah salah satu orang yang membuat aku semangat. Tapi sampai saat ini, Kak Rio masih belum tahu tentang perasaanku. Sudah lama aku memendam perasaan ini. Mungkin memang sebaiknya seperti ini. Karena aku sadar, aku nggak pantas buat Kak Rio. Kak Rio terlalu perfect buat aku.
Jadi…hanya aku dan kamu diary-ku yang tahu tentang perasaanku ini…

Ify menutup buku diary-nya. Diletakannya diary miliknya ke dalam tas sekolahnya. Lalu Ify  menarik laci meja belajarnya. Ify mengambil selembar foto. Foto seorang cowok yang mengenakan seragam putih abu-abu. Foto itu memang diambilnya diam-diam saat cowok itu sedang bermain basket di lapangan sekolahnya.
“Kak Rio…andai aja kakak tau perasaanku…” ucap Ify lirih sambil menatap lekat foto itu.


♥ ♥ ♥

Pagi yang cerah…
Ify berjalan melewati koridor sekolahnya. Sekolah masih terlihat sepi karena tiga puluh menit lagi bel masuk baru akan berbunyi. Saat melewati lapangan basket, Ify menghentikan langkahnya. Matanya menangkap sosok Rio yang sedang bermain basket di tengah lapangan. Cowok yang diam-diam dikaguminya. Memang bukan hal yang asing lagi bagi Ify melihat pemandangan itu. Karena hampir setiap pagi, Rio selalu menyempatkan diri untuk bermain basket sebelum jam pelajaran berlangsung. Dan hampir setiap pagi pula, Ify memandang Rio dari kejauhan di pinggir lapangan. Entah kenapa setiap kali melihat Rio, Ify tersenyum.
“ Hayooo…ngapain senyum-senyum sendiri??” seru seseorang di belakang Ify sembari menepuk bahu Ify.
Ify tersentak kaget dan menoleh, “Sivia…ngagetin aja deh!” Sahut Ify kesal sambil balas menepuk lengan Sivia dengan buku Matematikanya.
“Salah siapa kamu kayak orang gila gitu senyum-senyum sendiri?”
Ify nggak berkomentar. Matanya kembali tertuju pada Rio yang sedang mendribble bola basket. Sivia mengikuti arah pandangan Ify, lalu tersenyum.
“Kamu nggak ada bosen-bosennya ya, ngeliatin Kak Rio tiap hari?” tanya Sivia heran.
Ify berganti menatap sahabatnya. “Siapa yang lagi ngeliatin kak Rio? Aku cuma suka ngeliatin permainan basketnya aja kok. Kamu tau sendiri kan, kalo kak Rio jago banget basket?” jawab Ify berbohong.
“Fy…fy…” Sivia geleng-geleng kepala, “Kita sahabatan udah lama banget kan? Jadi kamu nggak bisa bohongin aku. Jangan dikira aku nggak tau, kalo sebenernya kamu suka sama kak Rio.”
Mendadak Ify menjadi salting dan pipinya mulai merona.
“Nggak kok, Vi… Kamu jangan ngaco ah kalo ngomong!” jawab Ify agak gugup.
Sivia tertawa melihat Ify yang salah tingkah. “Biasa aja kali, Fy…nggak usah salting gitu! Mendingan sekarang kamu ngaku aja kalo sebenernya kamu suka kan sama kak Rio?” tanya Sivia lagi, tapi kali ini dengan nada menggoda.
Ify menunduk dan mengangguk ragu. Lagi-lagi Sivia tersenyum.
“Bener kan tebakanku. Akhirnya…kamu bisa membuka hati kamu lagi, setelah putus dari kak Gabriel.”
Ify kembali menatap Rio. “Aku emang suka sama kak Rio. Tapi aku nggak mau berharap terlalu banyak, Vi. Aku sadar, kalo aku nggak pantes buat kak Rio.”
Sivia mengerutkan kening. “Kamu kok ngomongnya gitu sih, Fy?”
Ify mencoba tersenyum. “Kamu tau sendiri kak Shilla mantannya kak Rio kan, Vi? Kak Shilla tuh cantik banget. Bandingin deh sama aku! Aku nggak ada apa-apanya.”
Sivia menghela napas. “Kamu nggak boleh ngomong gitu dong, Fy. Setiap orang kan punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dan menurut aku, kamu nggak kalah cantiknya sama kak Shilla kok, Fy.” Hibur Sivia.
“Makasih ya…” Ify tersenyum. “Udah ah, masuk ke kelas yuk…!”

♥ ♥ ♥

Bel pulang sudah berbunyi lima menit yang lalu. Dengan setengah berlari, Ify berjalan keluar gerbang sekolah. Karena tidak menoleh kanan dan kiri, Ify tidak menyadari kalau ada ninja biru yang hampir saja menabraknya saat dia hendak menyebrang. Ify menoleh…
“Aaaaa…..!!!” teriak Ify kencang sambil menutup matanya.
Untung saja si pemilik ninja biru itu mengerem dengan tepat. Hanya berjarak satu centimeter dari kaki Ify, ninja biru itu berhenti. Pemilik ninja biru itu turun dari motornya dan melepas helmnya, lalu buru – buru menghampiri Ify dengan wajah cemas.
“Ify…kamu nggak pa-pa?” tanya orang itu cemas.
Ify membuka matanya perlahan. Wajahnya sudah pucat. Saat membuka matanya, Ify menemukan sosok Rio yang sudah berdiri di hadapannya.
“Kak Rio?”
“Kamu nggak pa-pa, Fy?” Rio mengulang pertanyaannya.
Ify menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Jantungnya berdebar kencang. Entah karena tadi dia hampir tertabrak, atau karena saat ini sedang berhadapan dengan Rio.
“Ehm…aku nggak pa-pa kok, kak.” Jawab Ify agak gugup. “Kak Rio masih inget namaku?” tanya Ify heran. Seingat Ify, Rio hanya mengenal Ify saat hari pertama MOS saja.
Rio tersenyum. “Aku kan belum pikun, Fy.”
‘Duh…senyum kak Rio manis banget sih?’ batin Ify.
“Oh ya…maaf ya, tadi aku hampir aja nabrak kamu.” Ucap Rio merasa bersalah.
“Bukan salah kak Rio kok. Aku yang salah, mau nyebrang tapi nggak liat-liat dulu.”
“Ya udah…kalo gitu aku anterin kamu pulang ya…”
Ify tercengang tak percaya. “Kak Rio mau nganterin aku?”
Rio mengangguk. “Iya, gimana?”
“Ehm…makasih, kak. Tapi nggak udah repot-repot. Aku pulang naik angkot aja.”
“Nggak ngerepotin kok. Udah…kamu nurut aja.” Rio menarik tangan Ify dan berjalan menuju ninja birunya. Ify tak kuasa menolaknya. Jadi dengan pasrah dia menuruti permintaan Rio.

♥ ♥ ♥

“Lho…kok berhenti di sini? Kak Rio mau ngapain?” tanya Ify heran saat Rio menghentikan ninja birunya di sebuah taman.
“Temenin aku makan es krim dulu ya…”
Belum sempat Ify menjawab, Rio sudah menggandeng tangan Ify lagi dan membawanya sampai ke bangku taman. Ify merasa nyaman saat tangan hangat Rio menggenggam erat tangannya. Seolah tak mau bila Rio melepaskannya. Namun sesaat kemudian, Rio melepaskan tangannya dari tangan Ify. Ify sedikit kecewa. Dan akhirnya mereka duduk dalam diam. Mungkin mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.
“Kok jadi diem-dieman gini sih?” kata Rio memecahkan keheningan di antara mereka.
Ify hanya tertawa kecil.
“Bentar ya, Fy…aku beli eskrimnya dulu.” Lanjut Rio yang kemudian menghampiri penjual es krim.
Tak lama, Rio kembali dengan dua es krim coklat di tangannya. Rio memberikannya satu pada Ify.
“Makasih, kak…” ucap Ify singkat.
Mereka menikmati es krimnya masing-masing…
“Kak Rio sering ya ke tempat ini?”tanya Ify tiba-tiba.
“Lumayan sering. Apalagi kalo kak Rio lagi ada masalah. Kak Rio lebih memilih pergi ke tempat ini. Di sini kak Rio bisa merasa tenang.” Jelas Rio
“Ehm…memangnya kenapa, kak? Apa alasan kakak memilih tempat ini?” tanya Ify penasaran.
“Banyak, Fy. Di sini…kak Rio bisa melihat berbagai aktifitas orang. Ada yang berjualan, ada yang sedang jalan-jalan, dan ada banyak anak kecil yang bermain di taman ini.” Rio tersenyum memandang sekumpulan anak kecil yang sedang bermain bola. “Kalo ngeliat wajah ceria mereka, aku jadi ngerasa punya semangat lagi, Fy.”
Ify masih diam, menunggu setiap kata yang akan diucapkan Rio.
“Dan yang paling penting…” Rio mendongak ke atas. “Coba deh, kamu liat ke atas!”
Ify mengikuti arah pandangan Rio.
“Langit sore yang berwarna biru. Aku suka banget ngeliatnya, Fy. Rasanya tenang.” Lanjut Rio.
“Iya ya, kak? Langitnya cerah banget.” Ucap Ify kagum.
Rio berganti menatap Ify. “Kamu suka?”
Ify mengangguk.
“Bagus deh…” kata Rio sambil tersenyum.
Ify balas menatap Rio. “Bagus? Bagus kenapa?”
“Ya bagus dong… Itu artinya, kalo lain kali aku minta kamu buat nemenin aku di sini, kamu mau kan?”
Ify menatap Rio tak percaya.
“Kenapa, Fy? Kamu nggak mau ya?”
‘Mauuu…mau banget…’ batin Ify.
Ify tersenyum senang. “Mau kok, kak…”
Rio balas tersenyum.

♥ ♥ ♥

Dear Diary,
Hari ini aku seneeeng banget, Di. Kejadian awalnya bermula saat motor kak Rio hampir menabrakku. Nggak disangka, kak Rio malah ngajakin aku pulang bareng dia. Sampai akhirnya, kak Rio juga ngajak aku makan es krim. Rasanya seperti mimpi…
Pokoknya hari ini aku ngerasa bahagia karena bisa bersama kak Rio, walaupun cuma sebentar… ^_^

Ify menutup diary-nya. Lalu Ify berjalan menuruni tangga, menghampiri piano miliknya yang berada di ruang tengah. Ify duduk manis dan jari-jarinya dengan lincah mulai memainkan tuts piano hingga menjadikan sebuah nada yang indah…

Ku tak percaya kau ada disini
Menemaniku di saat dia pergi
Sungguh bahagia kau ada disini
Menghapus semua sakit yang kurasa

Mungkinkah kau merasakan
Semua yang ku pasrahkan
Kenanglah kasih...

Ku suka dirinya, mungkin aku sayang
Namun apakah mungkin, kau menjadi milikku
Kau pernah menjadi, menjadi miliknya
Namun salahkah aku, bila ku pendam rasa ini…

Mungkinkah kau merasakan
Semua yang ku pasrahkan
Kenanglah kasih...

Ku suka dirinya, mungkin aku sayang
Namun apakah mungkin, kau menjadi milikku
Kau pernah menjadi, menjadi miliknya
Namun salahkah aku, bila ku pendam rasa ini…

♥ ♥ ♥

Ify berputar-putar sambil memandang gaun sederhana warna ungunya di depan cermin. Rambutnya yang lurus dan panjang dibiarkan terurai. Wajahnya tampak begitu cantik. Nggak heran kalau sudah sekitar satu jam, Ify menghabiskan waktunya untuk berhias di depan cermin.
Malam ini memang terasa sangat istimewa bagi Ify. Rio mengajaknya untuk bertemu di taman. Taman yang sama seperti saat Rio mengajaknya makan es krim seminggu yang lalu.
“Huuuh…aku kok jadi deg-degan gini ya?” guman Ify yang kemudian menghela napas.

♥ ♥ ♥

Rio duduk bersandar di kursi taman sambil menunggu seseorang. Siapa lagi kalo bukan Ify? Di tangan kanannya, Rio menggenggam satu buket mawar putih. Berkali-kali, ia lirik jam tangannya. Tapi yang ditunggunya tak kunjung datang. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul tujuh lewat lima belas menit. Seharusnya Ify sudah datang sekitar lima belas menit yang lalu. Mendadak Rio menjadi cemas.
“Ify kok belum dateng juga ya? Atau mungkin kena macet di jalan? Kenapa tadi nggak aku jemput aja ya? “ gumam Rio merasa menyesal.
Rio menghela napas. “Aku beli minum dulu aja deh…”
Rio beranjak dari kursi untuk mencari penjual minuman. Rio terus berjalan sambil menikmati keramaian taman kota di malam hari. Tiba-tiba saja langkahnya terhenti saat melihat kerumunan orang di tengah jalan.
“Maaf, mas…saya mau tanya. Itu ada apaan ya, kok rame banget?” tanya Rio pada seseorang yang kebetulan berpapasan dengannya.
“Ada korban tabrak lari, mas.” Jawab orang itu singkat yang kemudian berlalu meninggalkan Rio.
Karena penasaran, Rio menghampiri kerumunan itu. Rio mencoba menerobos kerumunan itu. Dan betapa terkejutnya Rio, saat melihat Ify sudah terbaring lemah tak berdaya. Darah terus mengalir dari kepala Ify.
Tubuh Rio terasa lemas. Buket bunga yang hendak diberikannya pada Ify, terlepas dari tangannya. Rio jatuh terduduk dah menatap Ify tak percaya. Perlahan Rio memeluk tubuh Ify. Matanya mulai berkaca-kaca.
“IFYYY…!!!!!”

♥ ♥ ♥

Rio mengusap batu nisan bertuliskan nama Alyssa Saufika U. Air matanya mulai menetes lagi. Hatinya terasa perih harus menerima kenyataan ini.
“Kenapa kamu harus pergi secepat ini, Fy?” ucap Rio lirih, Suaranya terdengar serak.
Rio menghela napas. Ditatapnya diary ungu milik Ify yang diberikan oleh orang tua Ify untuk Rio. Rio membuka lembar pertama…

Dear Diary,
Ternyata perjuanganku selama ini nggak sia-sia. Impianku untuk masuk ke SMA favorit sudah terwujud.
Dan hari ini adalah hari pertamaku MOS. Aku hampir saja dihukum kakak kelas gara-gara aku nggak bawa perlengkapan alat tulis. Tapi untungnya, ada seorang kakak baik hati yang mau meminjamkan alat tulisnya untukku. Kalo diliat dari tag name-nya, udah bisa ditebak kalo nama kakak itu “Mario Stevano A.H”
Tapi aku masih penasaran apa kepanjangan AH-nya? Besok aku cari tau nama lengkapnya kak Mario deh… ^_^

Rio tersenyum membacanya. “Ada-ada aja kamu, Fy…”
Lembar demi lembar Rio baca tulisan tangan Ify. Terkadang Rio tertawa dan terkadang Rio meneteskan air matanya. Hingga pada halaman terakhir, Rio menemukan foto dirinya yang diselipkan dalam buku diary itu. Rio kembali membaca tulisan tangan Ify yang terakhir…

Dear Diary,
Seminggu berlalu…
Hubunganku dengan kak Rio semakin dekat. Tapi kak Rio masih belum tau perasaanku yang sebenarnya.
Dan Malam ini…kak Rio ngajakin aku ketemuan di taman, Di. Duh…jantungku rasanya deg-degan banget.
Mungkin…ini saat yang tepat untuk mengungkapkan perasaanku yang sebenarnya pada kak Rio. Aku nggak peduli apa reaksi dan jawaban dari kak Rio nanti. Meskipun nantinya kak Rio akan menjauh dari aku, aku rela. Yang penting kak Rio tau, kalo aku sayang sama kak Rio…
Doain aku ya, Di… ^_^

Air mata Rio menetes membasahi tulisan tangan Ify. Dadanya terasa sesak. Matanya kembali menatap nisan Ify.
“Maafin aku, Fy…aku baru tau semuanya sekarang, di saat kamu udah pergi. Maafin aku yang terlalu bodoh nggak pernah menyadari itu semua. Andai aja kamu tau, Fy…kalo aku pun menyukai kamu sejak lama. Tapi aku terlalu pengecut. Aku nggak pernah punya keberanian untuk bilang kalo aku suka kamu. Dan meskipun semua ini sudah terlambat, aku cuma mau bilang….kalo aku juga sayang sama kamu, Fy. Semoga kamu bisa mendengarnya dari sana…”
Rio berdiri dan menengadahkan kepalanya ke atas. Menatap langit sore yang tampak berwarna biru cerah. Sama seperti saat Rio melihatnya bersama Ify. Rio membayangkan wajah Ify yang sedang tersenyum untuknya di langit biru.
“Aku sayang kamu, Fy…”

-THE END-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...