Kamis, 20 Juni 2013

Lebih Indah (Cerpen Chelgas)






Bagas mengusap batu nisan bertuliskan Cindai Gloria. Diletakkannya satu buket mawar pink di dekat batu nisan itu. Sesaat Bagas memejamkan matanya untuk berdoa.
“Cindai…gimana kabar kamu?” Bagas menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan, ”Maaf ya, aku baru sempat ke sini, soalnya belakangan ini aku lagi banyak banget tugas dan ulangan.”
Mata Bagas mulai berkaca-kaca dan nggak sanggup untuk melanjutkan kata-katanya, “Seandainya waktu itu aku lebih cepat menyelamatkan kamu, mungkin kamu nggak akan pergi secepat ini. Dan seandainya waktu bisa diputar kembali, waktu itu aku nggak akan ngebiarin kami pulang sendirian. Semuanya memang salah aku!” Bagas menunduk dan air matanya mulai menetes.
Lama Bagas dalam posisi seperti itu. Mengingat kenangan manisnya dulu bersama Cindai. Gadis yang dulu pernah menjadi kekasihnya. Dan gadis yang sampai saat ini masih mengisi hatinya.
Bagas kembali mengangkat wajahnya, “Aku pulang dulu ya. Aku akan sering-sering ke sini. Aku…selalu sayang kamu.”

Selasa, 18 Juni 2013

Shilla (Repost)


Shilla berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Di tangan kanannya, dia membawa sekantong plastik yang berisi kotak makanan. Sesekali Shilla tersenyum ramah pada beberapa dokter ataupun suster yang berpapasan dengannya. Beberapa dokter dan suster di rumah sakit itu memang sudah mengenal Shilla.
Shilla. Seorang gadis cantik yang ramah, periang, dan baik hati. Dia juga seorang gadis yang rendah hati dan suka menolong. Nggak heran kalo banyak orang yang menyukai dan mengagumi Shilla.
Shilla menghentikan langkahnya di depan sebuah kamar di rumah sakit itu. Pintunya sedikit terbuka. Pandangannya tertuju pada seorang gadis kecil di dalam kamar itu.
“Keke nggak mau makan!” ujar gadis itu sambil menutup mulutnya dengan tangan.
“Keke sayang, kamu nggak boleh gitu dong...Makan ya!” ucap seorang wanita yang berusia sekitar 30-an. Wanita itu adalah Mamanya.
“Pokoknya Keke nggak mau makan! Keke mau makan kalo disuapin kak Chilla.”
Mendengar ucapan gadis kecil itu, Shilla mengetuk pintu kamar itu. Keke dan Mamanya menoleh. Mata Keke langsung berbinar melihat kedatangan Shilla.
“Horeeee!!! Kak Chilla dateng!” seru Keke girang.
Shilla tersenyum, “Siang, Tante!” sapa Shilla pada Mama Keke, lalu berganti menatap Keke, “Hai, Keke!”
“Siang, Shilla! Masuk, Shil!” kata Mama Keke.
Shilla mengangguk, lalu masuk dan duduk di tepi tempat tidur Keke.
“Ini lho, Shil…Keke nggak mau makan. Dia mintanya disuapin sama kamu.” Lanjut Mama Keke.
Shilla tersenyum dan berganti menatap Keke. Shilla mengenal Keke dan keluarganya di rumah sakit itu memang tanpa sengaja. Waktu itu Shilla melihat Keke yang nggak mau makan maupun minum obat.  Tapi atas bujukan Shilla, Keke jadi mau makan dan meminum obatnya. Bahkan selama seminggu ini pun, Keke masih bergantung pada Shilla.
“Ya udah, nggak pa-pa, Tante. Biar Shilla yang suapin.”
Akhirnya Mama Keke memberikan semangkuk bubur pada Shilla. Usaha Shilla memang nggak sia-sia. Satu mangkuk bubur itu habis dimakan oleh Keke. Keke juga mau meminum obatnya.
“Nah, gitu dong….anak pinter!” Shilla membelai lembut rambut Keke.
Mama Keke tersenyum lega melihat putrinya mau meminum obatnya.
“Makasih ya kak Chilla…”
Shilla tersenyum, “Sama-sama. Tapi…Keke nggak boleh gini lagi ya! Walaupun nggak ada kak Shilla, Keke harus tetep makan dan minum obat, biar Keke cepet sembuh. Kalo Keke sakit kan kak Shilla ikut sedih. Keke nggak mau kan kalo kak Shilla sedih?” tanya Shilla. Shilla sadar kalo Keke nggak boleh terus-terusan bergantung padanya.
Keke menggeleng.
“Nah…makanya, Keke harus rajin minum obatnya ya!” ujar Shilla lembut.
“Iya deh, kak. Keke mau cepet sembuh, biar bisa main sama kak Chilla.”
Shilla tersenyum, “Ya udah, sekarang Keke bobo ya!”
Keke mengangguk lalu berbaring di tempat tidur. Tak lama kemudian, Keke sudah tidur terlelap.
“Makasih ya, Shil, udah nolongin Tante…karena kamu, Keke jadi mau makan dan minum obatnya.” Ucap Mama Keke.
“Nggak kok, Tante. Sama sekali nggak ngerepotin. Shilla ikhlas kok nolongnya.”
“Oh ya, kamu ke sini mau ketemu sama Mama kamu ya?”
Shilla menepuk keningnya. Tujuan utamanya ke Rumah Sakit itu memang untuk mengantarkan makanan buat Mamanya.
“Ya ampun…Shilla sampe lupa! Ya udah, Shilla permisi, Tante.”

Tak Setampan Romeo (Repost)


CIIIIIIIIIIIIIITTTTTTT!!!!!!!!!!!!!!
Suara decitan mobil terdengar keras di telinga Rio. Memaksa Rio untuk menoleh ke arah sumber suara itu. Mobil itu berhenti mendadak. Hanya berjarak lima centimeter dari Rio. Jantung Rio serasa mau copot. Mukanya pun pucat. Ternyata sebuah Honda Jazz hitam hampir saja menabraknya.
Seorang cowok keluar dari mobil itu dan membanting pintu mobilnya dengan keras. Cowok itu menghampiri Rio dan menatap Rio marah.
“WOI! LO PUNYA MATA NGGAK SIH? NGGAK TAU YA KALO MOBIL GUE MAU LEWAT???” bentak cowok itu.
“Maaf, tapi…tadi gue bener-bener nggak liat…” jawab Rio takut sambil menunduk.
“MAAF, MAAF…! UNTUNG AJA LO MASIH SELAMAT! COBA KALO TADI LO KETABRAK, GUE JUGA KAN YANG DISALAHIN??” kata cowok itu masih dengan nada tingginya.
Tak lama kemudian, seorang cewek keluar dari mobil yang sama, lalu berjalan mendekati Rio dan cowok itu.
“Cakka…udahlah…nggak usah marah-marah gitu!” ujar cewek itu yang kemudian menatap Rio dengan cemas. “Lo nggak pa-pa kan, Yo?”
Rio mencoba tersenyum,”Gue nggak pa-pa kok, Fy…”
“Tuh kan, Cak…lo denger sendiri kan? Yang penting kita semua nggak pa-pa. Jadi lo nggak perlu marah-marah gitu…” lanjut cewek yang bernama Ify itu.
Mendengar kata-kata dari Ify barusan, Cakka bisa sedikit meredam emosinya. Cakka berganti menatap Rio.
“OK, kali ini gue maafin. Tapi lain kali ati-ati…” kata Cakka kemudian.
Cakka menatap Ify. “Yuk, Fy!”
Ify mengangguk.
Cakka membalikkan badannya, begitu pun dengan Ify. Cakka merangkul Ify saat berjalan menuju mobilnya. Ify membuka pintu mobil dan menatap Rio sesaat, sebelum akhirnya dia memutuskan untuk masuk ke mobil itu kembali.
Mobil Cakka melintas di depan Rio yang masih terdiam. Rio hanya memandang pasangan itu dengan tersenyum kecut. Ya…Cakka dan Ify memang sepasang kekasih. Sepasang kekasih yang terlihat serasi. Cakka yang tampan dan Ify yang cantik. Banyak yang iri melihat kedekatan mereka. Apalagi saat satu sekolah tau kalo mereka jadian, banyak siswa dan siswi yang patah hati. Termasuk Rio-kah?
Jawabannya ya. Rio termasuk salah satunya. Sudah lama Rio menyukai Ify. Tapi Rio hanya memendam perasaan itu sendiri. Rio merasa kalo dia nggak pantas buat Ify. Ify terlalu sempurna untuknya. Rio nggak punya sesuatu yang bisa dibanggakan oleh Ify. Berbeda dengan Cakka. Cakka punya segalanya. Cakka yang ganteng, kaya, jago basket, dan banyak diidolakan oleh semua cewek.
Rio menghela napas dan kembali mengendarai sepedanya menuju parkiran sekolah.

Sepenggal Kisah Masa Lalu (Repost)


“VANOOO….tungguin…!!!” teriak seorang gadis kecil dari kejauhan.
Gadis kecil itu berhenti sejenak untuk mengatur napasnya. Napasnya terengah-engah karena mengejar anak lelaki yang bernama Vano.
Yang dipanggil tetap cuek. Vano terus berlari sampai ke atas bukit.
“Cha, sini deh…!” seru Vano pada gadis kecil itu.
Gadis kecil itu memonyongkan bibirnya. Kesal terhadap sikap Vano yang suka seenaknya sendiri. Tapi toh akhirnya gadis kecil itu menuruti ajakan Vano untuk naik ke atas bukit.
“Kamu tuh suka seenaknya sendiri ya ninggalin aku!” omel gadis kecil itu.
“Salah siapa kamu jalannya kayak keong gitu?” jawab Vano asal.
Gadis kecil itu menatap Vano dengan tatapan kesal.
“Udah…nggak usah ngambek gitu! Malu tuh diliatin sama bintang.” Vano menunjuk ke langit.
Gadis kecil itu menatap langit dengan kagum.
“Wah…bintangnya banyak banget ya, Van?” seru gadis itu girang.
“Bagus kan?”
“Iya, bagus banget!”
“Duduk, yuk!” ujar Vano yang kemudian duduk di atas rerumputan. Gadis kecil itu pun mengikuti.
Suasana hening sejenak. Mereka sama-sama diam menikmati keindahan malam itu. Bintang-bintang bertaburan di langit luas. Di bawah, mereka juga dapat melihat cahaya lampu dari hamparan rumah -rumah penduduk. Suara jangkrik pun ikut menghiasi malam itu.
“Vano…kamu pilih bintang yang mana?” tanya gadis kecil itu memecah keheningan.
“Aku pilih yang itu tuh, yang paling terang.” Vano menunjuk salah satu bintang yang paling terang.
“Kok Vano pilih yang itu sih? Itu kan punya Icha.” Sahut gadis kecil itu nggak mau kalah.
“Ya udah...biar adil, gimana kalo bintang yang paling terang itu jadi milik kita berdua?”
Gadis kecil itu mengangguk, tanda kalau dia setuju dengan usul Vano.
“Eh, ada bintang jatuh tuh. Cepet kita bikin permohonan!” ujar Vano sambil menunjuk ke arah bintang jatuh.
Gadis kecil itu pun mengikuti. Wah…Vano memang hebat. Bisa membuat gadis kecil itu selalu menuruti apa kata Vano. Vano dan gadis kecil itu sama-sama memejamkan matanya. Dalam hati, mereka membuat suatu permohonan.
“Gimana? Udah belum?” tanya Vano setelah ia membuka matanya.
Gadis kecil itu membuka matanya perlahan, lalu mengangguk. “Udah.”
“Icha minta apa?”
“Icha minta…biar Icha sama Vano bisa sama-sama terus, sampai kita menikah.” Sahut gadis kecil itu dengan polosnya.
“HUAHAHAHA…….!!!!” Vano tertawa keras.
“Kok kamu ketawa sih?”
“Habis permintaan kamu lucu sih….siapa juga yang mau nikah sama cewek cerewet kayak kamu!” sahut Vano setelah tawanya reda.
Gadis kecil itu memanyunkan bibirnya. “Jadi Vano nggak mau nikah sama aku?”
“NGGAK!”
“Iiih….Vano nyebelin, nyebelin, nyebelin…!!!” Gadis kecil itu memukul-mukul lengan Vano.
“Aduh, iya….ampun, ampun….! Vano mau kok…” jawab Vano sambil berusaha menghindari pukulan gadis kecil itu.
Gadis kecil itu menghentikan pukulannya dan tersenyum puas, “Vano tadi minta apa?”
Vano terdiam dan raut wajahnya mendadak berubah.
“Vano kenapa? Kok diem?”
“Aku…aku minta, kalo suatu saat…kita bisa ketemu lagi, Cha…”
Gadis kecil itu mengerutkan keningnya. “Suatu saat? Memangnya kita nggak akan ketemu lagi?” tanya gadis kecil itu. Mendadak muncul perasaan takut di hatinya.
Vano menghela napas dan mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Vano nggak berani menatap mata gadis kecil itu.
“Besok, besok...Vano kembali ke Manado, Cha. Vano mau tinggal sama Papa – Mama Vano di sana.”
Mata gadis kecil itu berkaca-kaca. “Jadi Vano mau pergi? Vano mau ninggalin Icha?”
Vano menunduk, “Maaf, Cha.” Hanya kata itu yang terlontar dari mulut Vano.
Butiran bening mulai keluar dari mata gadis kecil itu hingga membasahi pipinya.
“Cha…Icha kok malah nangis?” Vano berusaha menghapus air mata gadis kecil itu dengan tangannya.
“Vano jangan pergi!” rengek gadis kecil itu manja.
“Icha jangan sedih lagi ya. Vano punya sesuatu buat Icha.” Vano mengeluarkan sesuatu dari saku celananya, “Vano punya dua bintang. Yang satu buat aku, yang satunya lagi buat Icha.” Lanjut Vano yang kemudian memberikannya pada gadis kecil itu.
Gadis kecil itu menerimanya.
“Kalo Icha lagi kangen sama Vano, Icha bawa aja bintang ini ke tempat yang gelap. Nanti bintangnya bisa nyala. Anggap aja, kalo Icha lagi sama Vano.” Jelas Vano.
Gadis kecil itu memandang bintang dari Vano lekat-lekat.
“Icha percaya ya sama Vano, walaupun kita jauh…tapi Icha selalu ada di hatinya Vano.”
Gadis kecil itu tersenyum, “Vano juga akan selalu ada di hati Icha.”

Diary Ungu Milik Ify (Repost)


Dear Diary,
Mario Stevano Aditya Haling
Itulah nama cowok yang aku suka. Nama panggilannya Rio. Dia adalah kakak kelasku. Anaknya manis, ramah, pintar, dan jago basket. Kak Rio seperti magnet. Senyumnya bisa membuat semua cewek terpesona bila melihatnya. Nggak heran kalo banyak cewek yang mengaguminya.
Seperti aku, aku menyukainya sejak hari pertama MOS. Kak Rio-lah salah satu orang yang membuat aku semangat. Tapi sampai saat ini, Kak Rio masih belum tahu tentang perasaanku. Sudah lama aku memendam perasaan ini. Mungkin memang sebaiknya seperti ini. Karena aku sadar, aku nggak pantas buat Kak Rio. Kak Rio terlalu perfect buat aku.
Jadi…hanya aku dan kamu diary-ku yang tahu tentang perasaanku ini…

Ify menutup buku diary-nya. Diletakannya diary miliknya ke dalam tas sekolahnya. Lalu Ify  menarik laci meja belajarnya. Ify mengambil selembar foto. Foto seorang cowok yang mengenakan seragam putih abu-abu. Foto itu memang diambilnya diam-diam saat cowok itu sedang bermain basket di lapangan sekolahnya.
“Kak Rio…andai aja kakak tau perasaanku…” ucap Ify lirih sambil menatap lekat foto itu.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...