“VANOOO….tungguin…!!!” teriak seorang gadis kecil dari kejauhan.
Gadis kecil itu berhenti sejenak untuk mengatur napasnya. Napasnya terengah-engah karena mengejar anak lelaki yang bernama Vano.
Yang dipanggil tetap cuek. Vano terus berlari sampai ke atas bukit.
“Cha, sini deh…!” seru Vano pada gadis kecil itu.
Gadis kecil itu memonyongkan bibirnya. Kesal terhadap sikap Vano yang suka seenaknya sendiri. Tapi toh akhirnya gadis kecil itu menuruti ajakan Vano untuk naik ke atas bukit.
“Kamu tuh suka seenaknya sendiri ya ninggalin aku!” omel gadis kecil itu.
“Salah siapa kamu jalannya kayak keong gitu?” jawab Vano asal.
Gadis kecil itu menatap Vano dengan tatapan kesal.
“Udah…nggak usah ngambek gitu! Malu tuh diliatin sama bintang.” Vano menunjuk ke langit.
Gadis kecil itu menatap langit dengan kagum.
“Wah…bintangnya banyak banget ya, Van?” seru gadis itu girang.
“Bagus kan?”
“Iya, bagus banget!”
“Duduk, yuk!” ujar Vano yang kemudian duduk di atas rerumputan. Gadis kecil itu pun mengikuti.
Suasana hening sejenak. Mereka sama-sama diam menikmati keindahan malam itu. Bintang-bintang bertaburan di langit luas. Di bawah, mereka juga dapat melihat cahaya lampu dari hamparan rumah -rumah penduduk. Suara jangkrik pun ikut menghiasi malam itu.
“Vano…kamu pilih bintang yang mana?” tanya gadis kecil itu memecah keheningan.
“Aku pilih yang itu tuh, yang paling terang.” Vano menunjuk salah satu bintang yang paling terang.
“Kok Vano pilih yang itu sih? Itu kan punya Icha.” Sahut gadis kecil itu nggak mau kalah.
“Ya udah...biar adil, gimana kalo bintang yang paling terang itu jadi milik kita berdua?”
Gadis kecil itu mengangguk, tanda kalau dia setuju dengan usul Vano.
“Eh, ada bintang jatuh tuh. Cepet kita bikin permohonan!” ujar Vano sambil menunjuk ke arah bintang jatuh.
Gadis kecil itu pun mengikuti. Wah…Vano memang hebat. Bisa membuat gadis kecil itu selalu menuruti apa kata Vano. Vano dan gadis kecil itu sama-sama memejamkan matanya. Dalam hati, mereka membuat suatu permohonan.
“Gimana? Udah belum?” tanya Vano setelah ia membuka matanya.
Gadis kecil itu membuka matanya perlahan, lalu mengangguk. “Udah.”
“Icha minta apa?”
“Icha minta…biar Icha sama Vano bisa sama-sama terus, sampai kita menikah.” Sahut gadis kecil itu dengan polosnya.
“HUAHAHAHA…….!!!!” Vano tertawa keras.
“Kok kamu ketawa sih?”
“Habis permintaan kamu lucu sih….siapa juga yang mau nikah sama cewek cerewet kayak kamu!” sahut Vano setelah tawanya reda.
Gadis kecil itu memanyunkan bibirnya. “Jadi Vano nggak mau nikah sama aku?”
“NGGAK!”
“Iiih….Vano nyebelin, nyebelin, nyebelin…!!!” Gadis kecil itu memukul-mukul lengan Vano.
“Aduh, iya….ampun, ampun….! Vano mau kok…” jawab Vano sambil berusaha menghindari pukulan gadis kecil itu.
Gadis kecil itu menghentikan pukulannya dan tersenyum puas, “Vano tadi minta apa?”
Vano terdiam dan raut wajahnya mendadak berubah.
“Vano kenapa? Kok diem?”
“Aku…aku minta, kalo suatu saat…kita bisa ketemu lagi, Cha…”
Gadis kecil itu mengerutkan keningnya. “Suatu saat? Memangnya kita nggak akan ketemu lagi?” tanya gadis kecil itu. Mendadak muncul perasaan takut di hatinya.
Vano menghela napas dan mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Vano nggak berani menatap mata gadis kecil itu.
“Besok, besok...Vano kembali ke Manado, Cha. Vano mau tinggal sama Papa – Mama Vano di sana.”
Mata gadis kecil itu berkaca-kaca. “Jadi Vano mau pergi? Vano mau ninggalin Icha?”
Vano menunduk, “Maaf, Cha.” Hanya kata itu yang terlontar dari mulut Vano.
Butiran bening mulai keluar dari mata gadis kecil itu hingga membasahi pipinya.
“Cha…Icha kok malah nangis?” Vano berusaha menghapus air mata gadis kecil itu dengan tangannya.
“Vano jangan pergi!” rengek gadis kecil itu manja.
“Icha jangan sedih lagi ya. Vano punya sesuatu buat Icha.” Vano mengeluarkan sesuatu dari saku celananya, “Vano punya dua bintang. Yang satu buat aku, yang satunya lagi buat Icha.” Lanjut Vano yang kemudian memberikannya pada gadis kecil itu.
Gadis kecil itu menerimanya.
“Kalo Icha lagi kangen sama Vano, Icha bawa aja bintang ini ke tempat yang gelap. Nanti bintangnya bisa nyala. Anggap aja, kalo Icha lagi sama Vano.” Jelas Vano.
Gadis kecil itu memandang bintang dari Vano lekat-lekat.
“Icha percaya ya sama Vano, walaupun kita jauh…tapi Icha selalu ada di hatinya Vano.”
Gadis kecil itu tersenyum, “Vano juga akan selalu ada di hati Icha.”